Psikologi dan Teknologi Internet Dalam Lingkup Intrapersonal 2
Pengertian
Internet Addiction
Salah satu dari dampak negatif penggunaan intenet adalah kecanduan intenet
atau Intenet Addiction. Internet Addiction Disorder atau yang lebih
sering dikenal kecanduan internet adalah penggunaan secara berlebihan dalam
kehidupan sehari-hari. Internet addiction adalah ketidakmampuan seseorang untuk
mengontrol penggunaan internetnya, yang dapat menyebabkan terjadinya masalah
psikologis, social dan pekerjaan pada kehidupan seseorang. Seseorang yang
kecanduan internet terlihat dari banyaknya waktu yang mereka gunakan untuk
online atau bermain internet tanpa peduli bahkan lupa dengan aktivitas lainnya
bahkan kehidupan sekitar mereka. Gangguan dalam kecanduan internet meliputi
pornografi, judi online, game online chatting dan lain-lain.
Jenis-jenis
internet Addiction
- Cybersexual Addiction
Individu
yang sering mengunjungi situs dewasa, melihat hal yang berkaitan dengan
seksualitas yang tersaji secara eksplisit dan terlihat dalam pengunduhan dan
distribusi gambar-gambar atau file-file khusus orang dewasa.
- Cyber-Relationship Addiction
Mengacu pada
individu yang senang mencari teman secara online. individu tersebut menjadi
kecanduan untuk mengikuti layanan chatroomdan seringkali menjadi terlalu
terlibat dalam hubungan pertemanna online atau terikat dengan perselingkuhan
virtual
- Net Compulsions
yaitu
seseorang yang terobsesi pada situs – situs perdagangan (cyber shopping atau
day trading) atau perjudian (cyber casino)Information Overload
- Computer Addiction
Kecanduan
internet yang secara terus menerus dapat menimbulkan masalah dalam
lingkungan kehidupannya.
- · Information Overload
Yaitu
seseorang yang menelusuri situ –situs informasi secara komplusif
Pengguna
Internet di dunia diprediksi akan mencapai 3 milyar pada akhir tahun 2014,
prediksi yang di rilis oleh Badan Telekomunikasi Internasional PBB itu
menyebutkan dengan angka tersebut maka 40% penduduk dunia tersambung koneksi
internet pada akhir tahun 2014. Bagaimana dengan Indonesia, data terakhir yang
di keluarkan APJII (Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia) menyebutkan
pengguna internet di Indonesia sebesar 71,19 juta jiwa pada tahun 2013.
Setidaknya
ada tiga faktor penting yang berpengaruh terhadap pesatnya perkembangan
pengguna internet beberapa tahun terakhir ini, Pertama, Indonesia mengalami
“bonus demografi” yaitu meningkatnya jumlah penduduk usia produktif
dibandingkan dengan penduduk usia non produktif. Usia produktif merupakan fase
kehidupan yang berada pada usia kerja dan usia subur, mulai 15 – 64 tahun.
Kedua,
Meningkatnya jumlah kelas menengah Indonesia yang memiliki gaya hidup tinggi
dan memiliki kemampuan daya beli yang baik. Dan Ketiga, Penetrasi pengguna
internet di Indonesia yang semakin tinggi tidak hanya di kota besar tapi sudah
sampai ke pelosok Indonesia.
Penetrasi pengguna internet yang semakin tinggi ternyata juga di barengi dengan tingginya waktu mereka mengakses internet, Survei yang dilakukan Alvara Research Center terhadap 1550 responden di 6 kota besar di Indonesia menunjukkan fenomena ini. Hampir 15 % pengguna internet di Indonesia sudah terjangkiti kecanduan akses internet (addicted users), yang masuk kategori kecanduan ini adalah mereka-mereka yang menghabiskan lebih dari 7 jam dalam satu hari untuk mengakses internet, itu berarti waktu akses internet sama atau bahkan lebih dari jam tidur mereka dalam satu hari.
Penetrasi pengguna internet yang semakin tinggi ternyata juga di barengi dengan tingginya waktu mereka mengakses internet, Survei yang dilakukan Alvara Research Center terhadap 1550 responden di 6 kota besar di Indonesia menunjukkan fenomena ini. Hampir 15 % pengguna internet di Indonesia sudah terjangkiti kecanduan akses internet (addicted users), yang masuk kategori kecanduan ini adalah mereka-mereka yang menghabiskan lebih dari 7 jam dalam satu hari untuk mengakses internet, itu berarti waktu akses internet sama atau bahkan lebih dari jam tidur mereka dalam satu hari.
Fenomena
tingginya durasi pengguna internet dalam mengakses internet saat ini dinikmati
oleh operator selular dan produsen smartphone. Operator selular berlomba-lomba
menawarkan berbagai paket data dan internet sesuai dengan kebutuhan pengguna
internet, kalau dulu penawaran operator selular sebatas paket time-based
atau volume based, sekarang mereka sudah menawarkan paket yang berkaitan
dengan aktivitas dan perilaku yang dilakukan pengguna internet, misal paket
social media, paket browsing, paket messaging, dll.
Borosnya pengguna internet dalam mengalokasikan dananya bisa tercermin dalam survey ini, Alokasi pengeluaran pengguna internet untuk telepon dan internet menempati porsi kedua setelah pengeluaran untuk kebutuhan pokok sehari-hari, lebih tinggi dari dana yang dialokasikan untuk tabungan dan investasi. Jadi katakanlah kalo total pengeluaran keluarga 5 juta maka pengeluaran untuk telepon dan internet sebesar 815 ribu (0,163 x 5 juta).
Borosnya pengguna internet dalam mengalokasikan dananya bisa tercermin dalam survey ini, Alokasi pengeluaran pengguna internet untuk telepon dan internet menempati porsi kedua setelah pengeluaran untuk kebutuhan pokok sehari-hari, lebih tinggi dari dana yang dialokasikan untuk tabungan dan investasi. Jadi katakanlah kalo total pengeluaran keluarga 5 juta maka pengeluaran untuk telepon dan internet sebesar 815 ribu (0,163 x 5 juta).
Dengan
melihat berbagai temuan survey ini maka penting bagi setiap pemasar untuk
menelaah lebih jauh kebiasaan dan perilaku pengguna internet ini. Baik
perusahaan yang terkait langsung dengan internet maupun yang tidak terkait sama
sekali akan terkena dampak perubahan perilaku pengguna internet ini.
Secara sadar
atau tidak dengan adanya internet aspirasi dan perilaku konsumen Indonesia
berubah secara drastif, kalo dulu konsumen Indonesi mungkin lebih nerimo,
tapi sekarang dengan adanya internet dimana mereka lebih aktif terkomunikasi
satu sama lain dan akses informasi yang tak terbatas, mereka cenderung memiliki
sifat lebih terbuka dan lebih “cerewet” terhadap produk dan layanan yang mereka
terima, karena itu pemasar juga dituntut harus mau membuka diri dan tidak gampang
panas dalam menghadapi setiap tuntutan dan celotehan konsumen di
sosial media.
Kecenderungan internet
addiction disorder adalah kecondongan penggunaan intenet secara patalogis dan
kompulsif, yang muncul pada orang yang merasa bahwa dunia maya (virtual
reality) pada layar komputernya lebih menarik dari pada dunia kenyataan
hidupnya sehari-hari. Kecenderungan internat addiction disorder diukur
menggunakan skala kecenderungan internet addiction disorder, yang di susun
berdasarkan kriteria diagnostic internet addiction disorder dari Goldberg.
Kecanduan internet
disebut sebagai ketergantungan internet dan internet compulsivity. Pecandu
internet menjadikan internet sebagai prioritas utama di bandingkan keluarga,
teman dan pekerjaan. Menurut Balle ada beberapa penyebab seseorang kecanduan
internet diantaranya adalah Stress, Compulsion (paksaan), Loneliness
(kesendirian) dan Social Disorder (gangguan social).
Menurut Young (1999),
ada aspek – aspek seseorang kecanduan internet diantaranya adalah :
a) Merasa sibuk
dengan internet (berpikir tentang aktivitas online sebelumnya atau
mengantisipasi sesi online berikutnya)
b) Merasa
membutuhkan menggunakan internet dengan meningkatkan jumlah waktu untuk
mencapai kepuasan
c) Berulang
kali melakukan upaya untuk mengontrol, mengurangi atau menghentikan penggunaan
internet namun selalu gagal
d) Merasa gelisah,
murung, depresi atau marah ketika mencoba untuk mengurangi atau menghentikan
penggunaan internet
e) Online lebih
lama dari pada yang direncanakan
f) Berani mengambil
resiko kehilangan karena internet
g) Berbohong
kepada anggota keluarga , dll
Davis menyebutkan ada
beberapa jenis fasilitas pada internet yang dapat memicu terjadinya kecanduan.
Davis menyebutkan dua jenis kecanduan internet yaitu :
1) Kecanduan internet spesifik
(specific pathological internet use)
Untuk menggambarkan
seseorang yang kecanduan hanya pada satu macam fasilitas yang ditawarkan oleh
internet
2) Kecanduan
internet umum (generalized pathological internet use)
Untuk menggambarkan
seseorang yang kecanduan semua fasilitas yang ditawarkan oleh internet secara
keseluruhan.
Fenomena Kecanduan Internet
Dewasa ini,
terjadi suatu perubahan yang substansi dimana itu terjadi pada generasi muda
bangsa yang adalah tulang punggung Negara. Teknologi diyakini sebagai alat
pengubah tersebut. Hasil temuan teknologi tersebut kemudian dimanfaatkan
dalam setiap aktivitas kehidupan manusia. Teknologi-pun kian hari kian berkembang
seiring berjalannya waktu. Jika mereka tidak mengenal teknologi, kelak mereka
akan tertinggal dalam peradabannya.
Namun setiap hal layaknya seperti sebuah koin, memiliki dua sisi. Kemajuan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi khususnya internet ini selain membawa dampak
yang positif maka dengan sendirinya dampak negatif itu muncul. Ketika kita
bergaul dengan internet maka kita akan mendapatkan banyak hal. Begitu banyak
hal yang membuat internet menarik untuk ditelusuri (surfing and browsing) mulai
dari hal- hal yang dapat memperkaya pengetahuan bahkan sampai pada hal-hal yang
dapat merusak kepribadian seseorang.
Fenomena yang
belakangan ini terjadi bisa berdampak buruk bagi diri orang tersebut. Biasanya
orang – orang tidak menyadari bahwa ia sudah kecanduan dengan internet karena
masih sedikit sekali yang memahami tentang apa itu internet addiction atau
kecanduan internet.
Kandell (1998)
menyebutkan bahwa jika di bnadingkan dengan kelompok usia lainnya, internet
addiction adalah masalah terbesar bagi mahasiswa. Jauh dari keluarga,
menghabiskan waktu luang, dan menggunakan internet dengan educational reason
adalah beberapa alasan meningkatkannya resiko internet addiction pada
mahasiswa. Salah satu faktor terpenting yang dapat menjelaskan mahasiswa
menggunakan internet secara berlebihan adalah dinamika psikologis dan
perkembangan mahasiswa itu sendiri yang sedang berada pada transisi dari tahap
remaja akhir menuju dewasa awal (Kandell, 1998).
Masa emerging adulthood
adalah masa transisi dari masa remaja akhir menuju dewasa awal yang memiliki
karakterristik antara lain eksplorasi jati diri, ketidakstabilan, fokus pada
diri sendiri, ambiguitas, serta terdapat berbagai kemungkinan untuk melakukan
eksplorasi dan eksperimen (Arnettt, 2000).
Ketika individu berada
pada masa emerging adulthood, individu berada pada kondisi tidak stabil karena
banyak mengadopsi pengalaman dan pengetahuan dari lingkungannya. Pada masa ini
biasanya mendorong untuk mencari jati dirinya sehingga dapat memunculkan
keinginan untuk menggunakan internet sampai berlebihan. Sebaiknya saat kita menggunakan internet kita
dapat mengontrol diri kita dan membatasinya sehingga kita tidak akan kecanduan
akan internet karena sesuatu yang berlebihan akan tidak baik.
HAL NEGATIF YANG
DITAWARKAN OLEH INTERNET
Begitu banyak hal
negative yang ditawarkan oleh internet. Antara lain:
1. Pornografi. Internet
sering dikaitkan dengan pornografi, meskipun kenyataan yang ada tidak selamanya
internet itu berbau pornografi. Pornografi dapat membuat seorang pelajar
ketagihan sehingga bisa saja membuat ia kehilangan semangat belajar karena yang
ada di otaknya adalah hal-hal pornografi yang dengan mudah dapat diunduh
melalui internet dan bahkan bisa melakukan hal hal diluar batas kewajaran
yaitu melakukan seks diluar nikah.
2. Violence and Gore.
Kekejaman dan kesadisan banyak ditampilkan oleh internet. Karena segi bisnis
dan isi pada dunia internet tidak terbatas, maka para pemilik situs menggunakan
segala macam cara agar dapat menjual situs mereka. Salah satunya dengan
menampilkan hal-hal yang bersifat tabu. hal ini dapat mempengaruhi psikologis
pelajar apalagi bagi orang yang masih dalam tahap pencarian jati diri.
3. Penipuan. Internet
erat kaitannya dengan penipuan. Baik penipuan secara materi bahkan secara
secara moral. Contohnya, banyak kasus penipuan lewat facebook sehingga membuat
korban diculik.
Selain itu pula ada
beberapa dampak negatif yang dilihat secara konseptual. Antara lain:
1. Health issue. Stress
yang ditimbulkan oleh penggunaan peralatan dan aplikasi berbasis TIK,
ketergantungan akan teknologi informasi dan komunikasi, pengaruh radiasi
gelombang elektromagnetis, pengaruh radiasi layar monitor, masalah persendian
akibat kelelahan akibat kesalahan penggunaan keyboard dan mouse, dsb.
2. Information anxiety.
Terlalu banyak informasi sehingga tidak bisa memilih mana informasi yang benar
/ salah, penting / tidak, karena semakin banyaknya informasi yang ada sekarang,
tidak semua informasi yang diberikan benar adanya. khususnya yang menggunakan
media internet.
3. Dehumanization.
Hilangnya / turunnya penghargaan atas nilai individu, yang digantikan dengan
angka identitas.
4. Impact of
globalization on culture. Makin menghilangnya / menipisnya nilai-nilai budaya
lokal akibat pengaruh globalisasi. Karena semakin cepat dan mudahnya penyebaran
informasi dari dunia luar melalui internet.
Hal-hal diatas
menyadarkan kepada kita bahwa banyak selain banyak hal positif banyak pula hal
negatif yang ditawarkan internet. Maka akan sangat merugikan bagi kita sebagai
pelajar apabila kita mengalami kecanduan internet. Pernah kah kita berpikir
bahwa internet dapat mengakibatkan kecanduan? Tak ada bedanya dengan minuman
keras, rokok, narkoba, seks dsb. Internet juga mengakibatkan kecanduan bagi
para pemakainya apabila tidak dikontrol.
Internet yang selama
ini dipuja dan digeluti banyak kalangan sebagai alat untuk mencari informasi
dan juga untuk membantu kesuksesan bisnis ternyata dapat menimbulkan bahaya
kecanduan. Kecanduan internet telah menyerang berbagai golongan, baik
anak-anak, remaja, orang dewasa maupun orang tua. Begitu banyak tawaran yang
diberikan oleh internet sebagai suatu hal yang dapat menarik seseorang untuk
terjun kedalam kehidupan dunia maya. Sebut saja berbagai situs jejaring social
seperti Facebook, Friendster, Twitter, MySpace, My, dsb, berbagai sarana chating
seperti Yahoo Messenger, MSN, dsb sampai pada games online dan masih banyak
lagi yang menawarkan glamournya dunia maya tersebut. Akan tetapi, biasanya
seseorang yang telah kecanduan tidak menyadari bahwa dirinya adalah seorang
pecandu internet. Bahkan ia tidak mau disebut sebagai pecandu karena tidak
menyadari bahwa perilaku onlinenya berlebihan.
Menurut Young (Young,
1996) kecanduan internet sebagaimana kecanduan obat-obatan, alkohol dan judi
akan mengakibatkan kegagalan akademis, menurunkan kinerja, perselisihan dalam
perkawinan bahkan perceraian. Young juga membedakan pengguna internet yang
menggunakan internet secara normal (Non Dependent) dengan pengguna internet
yang adiktif (Dependent).
Hal ini sama juga
seperti yang di ungkapkan oleh Suller (1996) yaitu pengguna internet yang sehat
dan pengguna internet yang tidak sehat.Kedua peneliti itu sama-sama
mengungkapkan penggunaan internet menjadi masalah ketika hal itu mengganggu
bagian lain dari kehidupan seseorang seperti tidur, dan hubungan sosial.
Pengguna internet yang
sehat atau Non Dependent yaitu orang yang menggunakan internet secara wajar
untuk berhubungan dengan teman melalui komunikasi elektronik atau menggunakan
internet sebagai sarana mencari informasi yang dibutuhkan artinya golongan ini
mampu memadukan kehidupan nyata dengan dunia cyberspace. Pengguna internet yang
tidak sehat yaitu pada golongan ini individu-individu memisahkan antara
kehidupan nyata dengan dunia cyberspace, artinya aktivitas cyberspace menjadi
dunia tersendiri, tidak dibicarakan dengan orang lain dalam kehidupannya.
Gejala Kecanduan
Kecanduan internet
disebut sebagai Internet Addiction Disorder (IAD). Beberapa tanda-tanda umum
kecanduan internet di sebutkan oleh Stephen Juan, Ph.D. seorang antropolog di
University of Sydney antara lain :
1. Selalu ingin
menghabiskan lebih banyak waktu di internet sehingga akan menguras waktu
efektif yang ada.
2. Jika tidak menggunakan internet, muncul gejala-gejala penarikan diri seperti kecemasan, gelisah, mudah tersinggung, bergetar, menggigil, gerakan mengetik tanpa sadar, obsesif, hingga berkhayal atau bermimpi mengenai Internet.
3. Jika terhubung dengan internet, gejala-gejala penarikan diri tersebut akan hilang ataupun berkurang.
4. Mengakses internet lebih lama dari yang di niatkan.
5. Cukup banyak porsi kegiatan yang digunakan untuk aktivitas terkait internet, termasuk e-mail, browsing, dan chatting.
6. Mengurangi kegiatan penting, baik dalam pekerjaan, belajar, sosial atau rekreasi, demi menggunakan internet.
7. Hubungan sosial, pekerjaan, atau pendidikan terancam terganggu karena penggunaan internet yang berlebihan.
8. Internet digunakan untuk melarikan diri dari perasaan bersalah, tak berdaya, kecemasan, atau depresi.
9. Menyembunyikan penggunaan internet dari keluarga atau teman.
2. Jika tidak menggunakan internet, muncul gejala-gejala penarikan diri seperti kecemasan, gelisah, mudah tersinggung, bergetar, menggigil, gerakan mengetik tanpa sadar, obsesif, hingga berkhayal atau bermimpi mengenai Internet.
3. Jika terhubung dengan internet, gejala-gejala penarikan diri tersebut akan hilang ataupun berkurang.
4. Mengakses internet lebih lama dari yang di niatkan.
5. Cukup banyak porsi kegiatan yang digunakan untuk aktivitas terkait internet, termasuk e-mail, browsing, dan chatting.
6. Mengurangi kegiatan penting, baik dalam pekerjaan, belajar, sosial atau rekreasi, demi menggunakan internet.
7. Hubungan sosial, pekerjaan, atau pendidikan terancam terganggu karena penggunaan internet yang berlebihan.
8. Internet digunakan untuk melarikan diri dari perasaan bersalah, tak berdaya, kecemasan, atau depresi.
9. Menyembunyikan penggunaan internet dari keluarga atau teman.
Faktor-faktor Etiologi
Etiologi adalah
membahas tentang penyebab, dan faktor-faktor etiologi adalah faktor-faktor
penyebab bagi pengguna internet yang kecanduan. Namun itu tidak terjadi secara
begitu saja, melainkan ada sebab-sebab yang menyertainya, karena suatu perilaku
kecanduan terjadi oleh periode waktu-waktu tertentu sebagai hasil
interaksisosial dan adanya perilaku menyimpang. Berikut adalah beberapa
perilaku menyimpang :
Cognitive-Behavioral
Model
Cognitive-Behavioral adalah emosional,
fisiologis, dan perilaku respon individu sebagai dimediasi oleh persepsi mereka
tentang pengalaman, yang dipengaruhi oleh keyakinan mereka dengan cara
karakteristik mereka berinteraksi dengan dunia, serta oleh pengalaman sendiri.
Young menyatakan
kecanduan teknologi sebagai bagian dari kecanduan perilaku seseorang. Kecanduan
internet menampilkan komponen inti dari kecanduan (kedudukan kentara, mood
modifikasi, toleransi, penarikan, konflik dan kambuh). Dari perspektif ini, si
pecandu menganggap internet sebagai suatu hal yang penting bagi hidupnya, dia
juga merasa lebih relax saat berhubungan dengan orang lain melalui dunia maya
dan dihinggapi perasaan cemas berlebih saat internet offline.
Menurut Davis si pecandu mengalami depresi sehingga ia hanya bisa
meluapkannya melalui penggunaan internet yang berlebih, mengembangkan sikap
toleransi pada internet karena dia menggunakan internet untuk mencapai suatu
kepuasan, mengalami penarikan diri dari lingkungan sosial, mengalami
penderitaan saat terjadinya konflik dengan orang lain karena aktivitas, dan
sering online juga adalah tanda-tanda dari kecanduan. Model ini telah
diterapkan pada orang yang mengalami gangguan perilaku seksual, konsumsi
makanan, dan perjudian via online.
Cognitive-behavioral
Model adalah suatu terapi yang digunakan oleh para psikolog terhadap si
pecandu. Terapi ini cukup efektif untuk menyembuhkan kasus kecanduan judi
online dan penyalah gunaan zat. Jadi, si pecandu dilatih untuk memantau pikiran
dan mengidentifikasikan afektif mereka. Pemicu situasi lalu dihubungkan dengan
perilaku mereka saat menggunakan internet. Mereka dilatih untuk mengontrol
keseringan online dan menghidupkan segala aktivitas saat offline dari internet.
Aktivitas kehidupan yang tidak melibatkan internet dapat mencegah kekambuhan
dan meningkatkan kualitas kehidupan offline mereka. Walau demikian memang tidak
bisa dipungkiri bahwa komputer dan internet kini tidak bisa terpisahkan dari
kegiatan sehari-hari manusia. Oleh karena itu harus ada kesepakatan dalam
mengontrol penggunaannya agar tidak sampai menimbulkan rasa kecanduan.
Neuropsychological
Neuropsychology adalah
ilmu yang mempelajari tentang struktur dan fungsi otak yang berkaitan dengan
suatu perilaku yang terjadi pada individu.
Neuropsychology ialah
suatu kemunduran perilaku akibat adanya kerusakan otak. Dan neuropsychological
model ialah seorang individu akan diklasifikasikan sebagai pecandu internet
jika ia memenuhi dari 3 kondisi berikut, (1) ia akan merasa akan lebih mudah mencapai
aktualisasi diri secara online daripada di kehidupan nyata, (2) merasakan
pengalaman dysporia dan depresi setiap kali akses ke internet yang rusak atau
mengalami gangguan dan yang (3) ialah orang tersebut akan mencoba secara
diam-diam menggunakan internet dari anggota keluarga atau sekitarnya.
Jadi bisa kita telaah
dari berbagai pengertian yang telah dijelaskan diatas. Inti dari pembahasan
kali ini ialah adanya dampak negatif dalam penggunaan internet berdasarkan
faktor etiologi atau faktor penyebab dengan neuropsychological model. Dimana
yang menjadi penyebab disini ialah karena sudah terbiasa menggunakan internet
untuk apapun / kebiasaan, sehingga si pengguna tidak bisa lepas dari internet.
Dan akhirnya mengakibatkan si pengguna mengalami perubahan perilaku dari yang
selalu berinteraksi dengan orang sekitar secara nyata menjadi hanya mau
berinteraksi dengan orang-orang di dunia maya. Atau menjadi tidak peduli lagi
dengan keadaan sekitar karena sudah terlalu asyik dengan dunianya sendiri di
dalam internet, apabila orang tersebut sudah mengalami kecanduan internet yang
sangat parah.
Contoh-contoh akibat
tersebut timbul tidaklah lain karena hanya asyik menggunakan internet saja.
Melainkan dari kebiasaannya tersebut akhirnya didalam otak / syarafnya mengalami
gangguan atau kerusakan. Dari kebiasaan tersebut, maka otak dan syarafnya hanya
dapat terfokus pada hal-hal internet saja. Tidak ada yang hal-hal lain yang
dapat dipikirkan oleh otaknya, jika orang tersebut benar-benar mengalami
kecanduan level atas.
Itulah sekilas mengenai
dampak negatif penggunaan internet berdasarkan faktor etiologi dengan
neuropsychological model. Sang pengguna bisa menjadi anti sosial (ansos) karena
sudah terlalu asyik dan nyaman dengan internetnya, menjadi tidak peduli akan
lingkungan sekitarnya yang nyata, ataupun menjadi pendiam / tertutup di dunia
nyata tapi aktif dan selalu bersuara di dunia maya. Dan masih banyak lagi
dampak-dampak lainnya yang tidak bisa dijelaskan satu per satu.
Daftar Pustaka
http://anisarahmahanifa.blogspot.co.id/2014/11/fenomena-addictionyang-terjadi-sebagai.html